Jakarta, KRSUMSEL.COM – Lomba “Karya Musik Anak Komunitas (KAMU AKU) 2022” yang digelar Kemenparekraf/Baparekraf memasuki tahapan penjurian untuk menjaring 15 finalis terbaik.
Penilaian dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari Astrid Lea (Musisi); Budi Dalton (Akademisi Musik); Mia Ismi (Musisi); Ivan Nestorman (Musisi); serta Mohammad Amin (Etnomusikolog/Direktur Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kemenparekraf/Baparekraf).
Direktur Event Nasional dan Internasional Kemenparekraf/Baparekraf Dessy Ruhati saat membuka kegiatan penjurian “15 Besar KAMU AKU 2022” di Hotel Santika Hayam Wuruk, Jakarta, Kamis (9/6/2022), mengatakan, lomba “Karya Musik Anak Komunitas (KAMU AKU)” merupakan agenda tahunan Kemenparekraf/Baparekraf sebagai wadah bagi komunitas musisi daerah untuk menunjukkan potensi, bakat, dan kemampuan dalam berkarya.
“KAMU AKU” merupakan signature event Kemenparekraf/Baparekraf sebagai upaya membangkitkan semangat insan musik tanah air khususnya komunitas musik tanah air di tengah pandemi COVID-19 sehingga diharapkan dapat mendukung kebangkitan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
“Kegiatan ini menjadi hal yang sangat penting bagi Kemenparekraf dalam memberikan ruang bagi komunitas musik tanah air dalam mengaktualisasikan diri untuk berkarya bagi bangsa dan negara,” kata Dessy Ruhati.
Lomba “KAMU AKU 2022” diikuti lebih dari 700 anggota komunitas. Setelah melalui tahapan seleksi dan penilaian awal, terpilih 50 karya komunitas yang hari ini diseleksi menjadi 15 karya terbaik. Dari 15 karya tersebut akan ditentukan 5 finalis yang berhak tampil di acara puncak “KAMU AKU 2022” pada akhir Juni 2022.
Kriteria penjurian akan meliputi sejumlah faktor, yakni intro, harmonisasi melodi dan syair lagu, harmonisasi instrumen tradisional dan modern, kreativitas aransemen musik dinamika lagu, serta keunikan karya.
Dessy mengatakan, Indonesia dianugerahi keanekaragaman budaya dan seni yang dapat menjadi inspirasi berkarya para komunitas musisi daerah.
Sesuai dengan tema dari “KAMU AKU 2022” yang mengusung “Musik untuk Kebangkitan Indonesia Baru”, dimana tema tersebut diharapkan bisa mendorong karya-karya musik tanah air dengan kearifan lokal kolaborasi dari instrumen etnik dan modern agar mampu membangkitkan industri musik dari seluruh pelosok daerah di Indonesia.
“Dengan kekompakan dan ketelitian dewan juri kami berharap karya-karya terbaik akan terpilih dan tampil di acara puncak. Dengan pengalaman dan kompetensi para dewan juri, tentunya proses pemilihan dari 50 karya terbaik ini benar-benar akan menghasilkan 15 karya terbaik,” kata Dessy Ruhati.
Mohammad Amin selaku perwakilan dewan juri mengungkapkan, terdapat peningkatan kualitas dari karya-karya peserta KAMU AKU 2022, terutama dari kualitas sound (produksi suara/mixing). Namun di sisi lain, ia menilai ada kecenderungan keseragaman struktur dari karya-karya yang dikirimkan para komunitas.
“Apa yang terjadi saat ini kecenderungannya adalah patronisasi dari karya pemenang tahun lalu. Mulai dari komposisi, struktur, bagaimana membuat dinamika, keras dan lembut (suara), perubahan tempo, semua cenderung diikuti,” kata Mohammad Amin.
Hal ini dikatakan Mohammad Amin sebagai hal yang biasa terjadi dalam dinamika kebudayaan, terlebih dalam kegiatan lomba. Karenanya ia menilai penting untuk dilakukan pengembangan sistem “KAMU AKU” mulai dari pra event, on event, dan pasca event dengan menguatkan kolaborasi berbagai pihak.
“Kita sudah merencanakan untuk membuat road to KAMU AKU ke daerah-daerah, menemui komunitas dan memberikan workshop dalam membuat karya,” kata Mohammad Amin.
Sehingga akan menjadikan “KAMU AKU” sebagai ekosistem yang mempertemukan pelaku ekonomi kreatif berbasis digital, urban, dan akademik dengan pelaku ekonomi kreatif berbasis rural, komunal, dan tradisi.
“Yang kita harapkan adalah lokalitas karya, jadi kemampuan dia (komunitas/peserta) untuk berkreasi sesuai dengan kemampuan potensi lokalnya dan lokus di mana dia berada, itu yang mau kita cari. Referensi boleh, tapi jangan imitasi. Karena letak dari ekonomi kreatif itu salah satunya diferensiasi, bagaimana kita berbeda dengan menunjukkan kearifan lokal masing-masing,” kata Mohammad Amin. (****)