Beijing, KRsumsel.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Melki Laka Lena mempromosikan sektor perikanan hingga pariwisata daerahnya kepada para pengusaha di Beijing.
“Pemerintah Provinsi NTT) menargetkan investasi yang difokuskan pada hilirisasi, industri padat karya, dan praktik ramah lingkungan, kami siap bermitra dengan investor internasional untuk mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,”kata Melki di Beijing, Sabtu (15/11) malam.
Melki menyampaikan hal tersebut dalam acara “Connecting East Nusa Tenggara Province with China” yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing yang dihadiri Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun dan sekitar 15 orang pelaku usaha dan asosiasi asal Tiongkok.
Sedangkan Melki beserta sejumlah pejabat pemerintah provinsi NTT hadir di Beijing untuk menghadiri satu konferensi bahasa dan mengunjungi sejumlah universitas di China.
Melki menyebut, pada periode 2018-2024, total realisasi investasi di NTT adalah sebesar 2,34 miliar dolar AS (sekitar Rp38,1 triliun) yang terdiri atas investasi asing sebesar 704,8 juta dolar AS dan investasi dalam negeri senilai 1,63 miliar dolar AS dengan lima sektor utama yaitu kelautan dan perikanan; peternakan, pertanian dan perkebunan; energi; aset yang belum dimanfaatkan dan pariwisata.
Baca juga: Penyeberangan Bakauheni Dilanda Gelombang Setinggi 4 Meter
“Di perikanan kami unggul dalam penangkapan ikan seperti makarel, tuna, dengan total 91 ribu ton ikan hasil tangkap liar di 2024, sedangkan produksi ikan budidaya seperti bandeng, nila dan lele adalah sebanyak 1,49 juta ton sehingga kami punya budaya bahari yang kuat maupun ekosistem laut yang beragam,”jelas Melki.
Selain itu Melki menyebut, sesuai dengan pesan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia didorong untuk melakukan swasembada garam dan NTT menjadi salah satu sentra produksi garam di bawah koordinasi BUMN PT Garam.
“Dan kami diminta untuk mencari investor untuk swasembada garam ini. NTT memproduksi 15,79 juta kg garam dari Nagekeo, Sabua dan dapat memanfaatkan lahan-lahan yang tidak produktif sebagai lokasi produksi garam,”tambah Melki.
Produk perikanan lain yang ditawarkan dari NTT adalah rumput laut karena NTT memproduksi hingga 1,3 juta ton rumput laut per tahun yang berasal dari Kupang, Rote Ndao, Sabu Raijua dan Sikka.
“Penelitian beberapa kampus dan perusahaan menyebut rumput laut NTT termasuk yang terbaik di dunia dan bisa untuk suplai konsumsi beberapa negara. Saat ini ada satu perusahaan sudah bisa mengekspor rumput laut ke 52 negara walau jumlahnya belum terlalu signifikan,”ungkap Melki.
Selanjutnya, berdasarkan riset dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, provinsi NTT disebut memiliki potensi pengembangan “blue economy” dari “carbon storing” 2,15 juta ton “carbon storing” dengan nilai 100-500 juta dolar AS.
“Tapi kami butuh mitra bersama untuk dapat menjualnya ke pasar karbon internasional,”kata Melki. Tidak ketinggalan katanya, NTT juga punya potensi sumber daya energi baru terbarukan berupa panas bumi, surya dan “hydropower dan biomass”.(net)


















