Padang, KRsumsel.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa magnitudo 7,7 yang terjadi di Myanmar beberapa waktu lalu mirip dengan kejadian gempa kembar di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
“Gempa kembar yang kemarin terjadi di Myanmar, begitu juga yang terjadi di wilayah kita,”kata Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang Suaidi Ahadi di Padang, Kamis (17/4).
BMKG mencatat gempa kembar di Sumbar pernah terjadi pada 1926 dengan magnitudo 6,1 dan 6,2. Kemudian gempa Solok magnitudo 7,1 dan 7,2 pada tahun 1943 serta gempa kembar yang berpusat di Kota Padang Panjang pada 2007 dengan magnitudo 6,1 dan 6,2.
Baca juga: Mantan Gubernur Bengkulu Disidang pada 21 April
“Jadi, Sumatera Fault System ini berpotensi memunculkan gempa-gempa kembar,”kata dia. Artinya kata dia, sesar atau patahan Sumatera berpotensi menimbulkan gempa kembar atau gempa yang terjadi dalam rentang waktu serta lokasi yang berdekatan.
“Jadi, segmen Sumani memiliki potensi gempa kembar dengan segmen Suliti,”jelas Suaidi. Pada kesempatan itu, ia menambahkan kejadian gempa Pasaman Barat pada 2022 masih berkaitan dengan segmen Angkola. Namun, BMKG menemukan segmen baru yang dinamai Kajai Talamau.
Lebih jauh, BMKG juga mengingatkan masyarakat bahwa salah satu kemungkinan terburuk akibat pergeseran Patahan Besar Sumatera ialah longsor terutama di daerah perbukitan.
Meskipun gempa bumi yang terjadi tergolong kecil atau di bawah magnitudo 5, namun masyarakat patut selalu mawas diri untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
“Gempa yang terjadi memang skala kecil dan tidak signifikan dirasakan masyarakat tapi ketika terjadi gempa dan sebelumnya hujan maka ada potensi longsor,”ujarnya mengingatkan.(net)