Oleh : Dr. Darul Abror, M.Pd.
(Dosen IAIN Ash-Shiddiqiyah Sumsel, Ketua LP Ma’arif NU OKI & Ketua IKA PMII OKI )
Khutbah I
هُ، الَّذِى يَعْلَمُمَا أَظْهَرَهُالْعَبْدُوَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّالْحَمْدُِهللِالْمُنْعِمِعََلَمَنْأَطَاعَهُوَاتَّبَعَرِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِمِمَّنْخَالَفَهُهللاُأَكْبَرُ، هللاُأَكْبَرُ، هللاُأَكْبَرُ، هللاُأَكْبََُ، هللاُأَكْبََُ، هللاُأَكْبََُ، هللاُأَكْبَرُ، هللاُأَكْبَرُ، هللاُأَكْبَرُ:9x
سُ، اتَّقُوا هللاَحَقَّتَقْوَاهُ.عََلَسَيِّدِنَامُحَمَّدٍ، وَعََلَأٰلِهِوَصَحْبِهِوَمَنْوَاالَهُدَنَامُحَمَّدًا عَبْدُهُوَرَسُوْلُهُالَّذِى اخْتَارَهُهللاُوَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّصَلِّوَسَلِّمْسَيِّشَهَادَةَعَبْدٍلَمْيَخْشَإِالَّهللاَ، وَأَشْهَدُأَنَّ، آل إِلٰهَإِالَّهللاُوَحْدَهُالَشََِيْكَلَهُيَبُْْكُأَحَدًامِنْهُمْوَالَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُسُبْحَانَهُوَتَعَاَلَعََلَمَاأَعْطَاهُ، أَشْهَدُأَنْلُبِأَرْزَاقِعِبَادِهِفَالَوَعَصَا
وَاعْلَمُوْا أَنَّيَوْمَكُمْهٰذَا يَوْمٌأَمّأَبَعْدُ؛ فَيَآ أَيُّهَا النَّا
وَعَظِّمُوْهُوَتُوْبُوْا إَِلَهللاِوَاسْتَغْفِرُوْهُيْهِوَتَهْلِيْلٍوَتَعْظِيْمٍوَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْفِ، فَهُوَيَوْمُتَسْبِيْحٍوَتَحْمِيْدٍعَظِيْمٌ، وَعِيْدٌكَرِيْمٌ، أَحَلَّهللاُلَكُمْفِيْهِالطَّعَامَ، وَحَرَّمَعَلَيْكُمْفِيْهِالصِّيَامَ،
Jamaah sholat idul fitri yang dimulyakan Allah SWT, Alhamdulillah syukur, dengan segala nikmat, taufik dan hidayah
Allah swt, detik ini kita dipertemukan kembali dengan hari yang penuh
kemenangan dalam memerangi hawa nafsu sebulan penuh selama bulan
suci ramadhan, yakni hari raya Idul Fitri.
Untuk itu, tentunya menjadi suatu Keharusan pribadi dan umumnya kita semua untuk selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita dengan berupaya semaksimal mungkin melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNYA dengan tunduk, setunduk – tunduknya dan amat sangat tunduk
هللاُأَكْبََُ، هللاُأَكْبََُ، هللاُأَكْبََُ .dihadapan Allah SWT
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT,
Hari raya Idul Fitri adalah hari raya kemenangan umat Islam. Hari
kembalinya berbuka puasa setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah
puasa di bulan Ramadhan. Hari dimana setiap Umat Islam yang
melaksanakan Puasa Ramadhan kembali fitrah atau suci dari segala dosa dosa yang telah lalu bagaikan bayi yang baru lahir.
ِهِبْنَذْنِمَمَّدَقَت اَمُهَلَرِفُغ
بًا
حْتِسَا
وَا
مَنْصَامَرَمَضَانَإِيمَانًا
“
Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah
lampau”
Saking berharganya
Hari Raya Idul Fitri
,
Umat Islam Indonesia memiliki 3
tradisi yang khas yang tidak bisa ditinggalkan;
Pertama,
Tradisi Halal bi halal
Istilah
Halal bi halal
yang digagas oleh K.H. Abdul Wahab Chasbullah
(Pahlawan Nasional
sekaligus Pendiri Organisasi Nahdlatul Ulama’), tepatnya tahun 8491
,
ketika Indonesia dilanda gejala disintegrasi
atau perpecahan bangsa.
Para elite politik saling bertengkar, tidak mau bersatu, dan terjadi pemberontakan di mana
-mana, karena hal ini merupakan dosa, Kemudian KH. Abdul Wahab Chasbullah memberi saran kepada Bung Karno
untuk menyelenggarakan halal bi halal.
yaitu dengan duduk bersama untuk
saling sepakat dan memaafkan, saling menghalalkan ketika menjelang idul
fitri, sehingga mereka bisa bersatu menyusun kekuatan dan persatuan untuk masa depan bangsa Indonesia.
Kesepakatan dan persatuan di atas
tentunya merupakan salah satu perwujudan dari salah satu hadits Rasulullah SAW,
الْمُؤْمِنُلِلْمُؤْمِنِكَالْبُنْيَانِيَشُدُّبَعْضُهُبَعْضًا
“Orang Islam yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan.”
Halal bi Halal juga bernilai silaturrahim baik dengan tetangga, kerabat dekat ataupun jauh, maka Idul Fitri menjadi moment untuk saling
membuka hati memaafkan atas segala kesalahan yang sudah diperbuat.
Saking Istimewanya Siaturrahim, Nabi
Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
فَلْيُكْرِمْجارَهُ،
فَلْيُكْرِمْضَيْفَهُ
Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhirِِيُؤْمِنُباَّللَِّوالْيَومِاآلخِر ومَنكانَ
hendaklah ia memuliakan tetangganya
hendaklah ia memuliakan tamunya.
Bahkan, ketika seorang mukmin menghibur saudaranya yang terkena musibah Allah juga akan mengenakan kepadanya pakaian-pakaian
هللاُأَكْبََُ، هللاُأَكْبََُ، هللاُأَكْبََُ. kemuliaan di hari kiamat.
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT,
Kedua, Tradisi Berbagi
Tradisi berbagi uang Lebaran berasal dari Abad Pertengahan.
Kekhalifahan Fatimiyah di Afrika Utara mulai membagikan uang, pakaian,
atau permen kepada anak-anak muda dan masyarakat pada umumnya saat
hari pertama Idul Fitri, dan berkembang menjadi uang tunai berkisar 1000,
sampai 10.000 an, Dengan tujuan sebagai hadiah, mengajari mengelola
keuangan pribadi, Berbagi, dan tentunya mengajari sedekah. Ternyata
tradisi ini sesuai dengan Pesan Rasulullah Saw ketika merayakan idul fitri;
“Bersungguh-sungguhlah pada hari raya Idul fitri dengan bersedekah, dan
segala amal baik dan bagus..”.
Dalam hal sedekah, Rasulullah SAW berpesan kepada kita semua;
أَحَبُّاألَعْمَالِإِلَى هللاِأَدْوَمُهَا وَإِنْقَلَّ)أَخْرَجَهُالْبُخَارِيُّوَمُسْلِمٌ(ـ
“Sebaik-baik perbuatan menurut Allah adalah yang dirutinkan meskipun
sedikit” (HR al-Bukhari dan Muslim).
الَّذِينَيُؤْمِنُونَبِالْغَيْبِوَيُقِيمُونَالصََّلَةَوَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْيُنْفِقُونَ,Allah SWT juga memuji bagi orang-orang yang bersedekah
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. ”(QS. AlBaqarah ayat 3).ََُبْكَأُهللا ،ََُبْكَأُهللا ،ََُبْكَأُهللا
Hadirin yang dimulyakan Allah SWT,
Ketiga, Tradisi Mudik dan Sungkem
Mudik, merupakan Sebuah tradisi berisikan kerinduan di tanah
rantau untuk pulang melihat kembali tanah kelahiran.