Kemenkeu Sumsel : Kinerja Perdagangan Internasional Terjaga

oleh
Konferensi Pers

Oleh : Hasbi Jusuma Leo

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan memperkirakan transaksi berjalan triwulan kedua tahun 2022 ini mengalami surplus. Perkiraan ini didukung oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan seiring kinerja ekspor pada sebagian besar komoditas utama yang tetap kuat. 

Hal tersebut diungkap dalam konferensi pers APNB KiTa (kinerja dan fakta) Sumatera Selatan yang diadakan forum ALCo (Asset and Liabillites Committee) Regional Sumatera Selatan di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung, di Jalan Tasik, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan pada hari Jumat, 29/7/2022.

Pada triwulan II 2022 ini, aliran modal asing ke pasar keuangan domestik mencatat net inflows sebesar 1,5 miliar dolar AS. Selain itu, Bank Indonesia juga mencatat posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2022 ini tercatat sebesar 136,4 miliar dolar AS. Kinerja perdagangan Indonesia akan tetap terjaga.

Di Sumatera Selatan sendiri, neraca perdagangan tercatat surplus. Sampai dengan bulan Juni 2022 ini tercatat sebesar USD2.802,38 miliar. Surplus  perdagangan ini didorong tumbuhnya ekspor non migas yang tumbuh positif 49,03% (yoy).

Sebagian besar komoditas ekspor Sumatera Selatan adalah berupa bahan baku dan bahan penolong seperti batu bara, bahan baku karet, dan pulp. Persentasenya eskpor komoditas ini mencapai 93,59% dari seluruh total komoditas. Sedangkan komoditas ekspor lainnya adalah barang konsumsi sebesar 6,4%, dan barang modal 0,01%.

Sementara dari sektor usaha, bidang yang terbesar melakukan ekspor berasal dari sektor industri pengelohan. Persentase ekspor dari sektor usaha ini mencapai 55,89% dari keseluruhan ekspor. Lalu menyusul sektor pertambangan 30,56%, dan sektor perdagangan 13,13%. 

Adapun dari sisi impor. Sumatera Selatan melakukan sebagian besar mengimpor komoditas bahan baku dan penolong. Seperti pupuk, minyak mentah dan turunannya. Jumlah impor komoditas ini sebesar 73,48% dari keseluruhan total impor di Sumatera Selatan. Komoditas yang diimpor lainnya adalah barang modal sebesar 25,49%. Dengan mata dagangannya berupa mesin, reaktor, turbin, dan generator. Sisanya 1,08% berupa impor barang konsumsi.

Dilihat dari sektor usaha, sektor industri pengolahan juga melakukan kegiatan impor terbesar. Yakni dengan persentase sebesar 48,77% dari semua impor yang dilakukan. Disusul sektor listrik, gas, uap, air dan udara 31,35%. Sektor perdagangan  17,51%. Dan sektor konstruksi, transportasi, dan pertambangan 1,99%.

Sumatera Selatan terutama melakukan perdagangan internasional itu dengan empat negara. Yakni Tiongkok, Thailand, Malaysia dan Jepang.

Rata-rata nilai ekspor Sumatera Selatan ke Tiongkok dalam kurun waktu 2017-2021 adalah sebesar USD1.465 juta dengan nilai impor USD333 juta. Dengan Thailand, nilai ekspor Sumatera Selatan sebesar USD94 juta. Sementara nilai impornya sebesar USD10 juta.

Lalu dengan Malaysia, Sumatera Selatan mengekspor komoditi dengan nilai USD188 juta. Dan nilai impor dari Negeri Jiran itu sebesar USD42 juta. Dengan Jepang, Sumatera Selatan mengekspor komoditi dengan nilai USD257. Sedangkan nilai impornya sebesar USD14 juta.

Paparan Bank Indonesia dalam forum ALCo Regional Sumatera Selatan itu membuat kita lega. Perdagangan Sumatera Selatan telah tercatat surplus, beriringan dengan neraca perdagangan nasional yang juga surplus. Meski ditengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global saat ini, Forum ALCo Regional Sumatera Selatan mengabarkan, kinerja perdagangan Indonesia tetap terjaga.

*Analis Perbendaharaan Negara 

Pada Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Selatan