” Langkuse….jika kamu mampu mengambil cincin Suhunan di dalam sumur ini, maka Suhunan membatalkan niatnya untuk meminang adikmu si buwok handak. Tapi, jika kau gagal, jangan halangi kami untuk memaksa adikmu untuk dibawa kehadapan suhunan, tunjukkan kesaktianmu.!” dengan sedikit menengadah ke langit, Langkuse pada saat itu masih menganut dua aliran kepercayaan antara animisme dan Islam yang baru masuk kedaerah ini. Tanpa basa basi Langkuse langsung terjun kedalam sumur. para utusan suhunan sempat berseru serentak ” mampuslah kau Langkuse ” bedum lenyap gema suara itu, Langkuse sudah berada kembali di permukaan sumur dengan tubuh yang tidak menampakkan noda darah setetes pun.
Digenggamannya ada sebentuk cincin kemudian dilemparkannya ke wajah utusan Suhunan. Setelah melihat hal itu, utusan itu tidak bergeming sedikitpun dan tak ada kata pamit sepatahpun dari mulut mereka, semua utusan itu pergi meninggalkan Langkuse yang masih tegar di pinggir sumur tua itu.
Sehari, seminggu bahkan sebulan kemudian daerah Perigi aman dari ancaman berbagai gangguan. Namun disaat beberapa bulan kemudian Langkuse meninggalkan adiknya sendirian dirumah. Dia pergi kehutan yang tidak jauh dari kampungnya. Langkuse menjalani pertapaannya. Saat itulah adiknya diculik tentara Suhunan saat mencuci beras di sungai. Orang Suhunan Palembang menggunakan perahu melalui alur Sungai Komering masuk dari desa Batun terus menelusuri sepanjang alur sungai komering. Ada beberapa orang kampung melihat petori diculik, maka satu diantara mereka tunggang langgang berlari kehutan untuk memberi tahukan hal itu pada Langkuse.
Begitu Langkuse mendapat kabar mengejutkan itu, dia langsung menghentikan semedinya. Hanya beberapa langkah dia berlari dengan menggunakan kesaktian ilmu peringan tubuh, Langkuse sudah sampai di pinggir sungai. Adiknya sudah sampai di desa Teloko.
Langkuse tidak berpikir panjang, dia langsung melompat ke perahu miliknya dengan sebatang satang bambu. Dengan tujuh kayuhan, dia sudah sampai di wilayah Teloko.
Langkuse melompat ke perahu tentara Suhunan, ada beberapa perahu yang dibawa tentara Suhunan dengan berpuluh orang suruhan Suhunan.
Saat itu terjadi pertempuran sengit antara Langkuse dengan tentara Suhunan, ada beberapa tentara yang tidak mampu melakukan perlawanan, mereka naik ketebing dan langsung bersembunyi di desa Teloko. (dari rangkaian cerita inilah maka desa Teloko banyak menggunakan bahasa palembang dalam kesehariannya dikarenakan tentara Suhunan itu tidak lagi pulang ke Palembang mereka berkeluarga dengan penduduk asli, pen). Di perahu terjadi pertempuran sengit tentara Suhunan banyak yang mati.
Tapi ada sebagian sempat kembali ke Suhunan. kala pertempuran makin gencar, salah seorang tentara Suhunan terjadi tarik menarik dengan Petori Buwok Handak, saat itulah tusuk kondenya terpental jatuh ketanah hingga menjelma sebuah rawa yang sekarang disebut Lebak teloko.
Sementara di ujung dusun seberang Kayuagung ada lebak yang mengering menjadi dataran tinggi yang disebut Bunbun. Perlawanan Langkuse membuahkan hasil, adiknya selamat kembali dalam dekapannya.
Inilah bagian dari gambaran tentang kesaktian seorang bujang Perigi yang dikenal sebagai sosok tegar sopan dan santun.dia selalu bijaksana,dengan kebijakannya itu, orang dusun perigi selalu menganggap dia sebagai pemimpion dusun.
Sumber cerita Bapak Yus Lizal