KR Sumsel – Langkuse adalah sosok pemuda sederhana yang pernah hidup di daerah Kayuagung dizaman dahulu kala, dibalik kesederhanaannya, dia mempunyai suatu kekuatan bathin dapat dikatakan semacam kesaktian.
Kesaktian yang dia miliki bukan untuk digunakan sebagai modal kesombongan atau untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang gagah ditengah masyarakat. Kesaktian yang dia miliki semata mata untuk membela kebenaran dan juga sebagai prisai diri manakala dia harus berhadapan dengan orang – orang yang akan merusak keamanan di daerahnya.
Selain itu, kesaktian itu dipergunakannya untuk menghadapi gangguan hewan buas.
Pada masa Palembang diperintah oleh Suhunan daerah tempat tinggalnya selalu mendapat gangguan dari orang yang berniat buruk pada adiknya si Petori Buwok Handak ( Putri rambut putih ). Langkuse, dalam kesehariannya disibukkan dengan kegiatan sebagai pandai besi.
Namun pandai besi yang dikelola oleh Langkuse hanya berupa kampak yang dipergunakan sebagai alat untuk menebang pohon dihutan.
Pada suatu hari, orang – orang di dusun Perigi dihebohkan oleh adanya seekor Kerbau alas yang membabi buta memporak porandakan rumah penduduk.
Saat itu Langkuse sedang berada di dalam hutan mengambil kayu bakar. Ternyata Langkuse mempunyai firasat tentang kejadian itu, dia langsung keluar dari hutan. Setelah berada dipinggir dusun, dia sempat melihat seorang setengah baya tersungkur di seruduk sang kerbau liar itu, serta merta Langkuse menghadapi sang kerbau hanya menggunakan beberapa jurus kemampuannya membela diri sang kerbau tersungkur dengan tanduknya yang patah, melihat hal tersebut lalu orang kampung merasa bersyukur dengan terbunuhnya kerbau liar dimaksud.
Berselang beberapa hari dari kejadian itu, kembali Langkuse harus dihadapkan dengan ujian berat dusunnya kedatangan tamu dari Banten dengan beberapa rombongannya. Mereka datang ke dusun Perigi karena mendengar disana ada seorang gadis muda belia yang memiliki kecantikan serta kesaktian pada air liurnya konon dengan sumpah serapahnya pada orang yang mengganggunya, begitu disemburkan air liur itu pada wajah si pengganggu, maka seketika wajah itu melucut terbakar dan rambut orang yang disumpahnya menjadi putih.
Setelah Langkuse mengetahui gelagat orang Banten yang akan mengganggu adiknya, dia mengintai rumahnya dari kejauhan. Ternyata benar, orang – orang itu memaksa adiknya keluar dari rumah untuk diajak adu tanding ilmu kesaktian. Putori Buwok Handak menghadapi pertempuran itu. orang pendamping tokoh Banten itu semuanya mengalami luka bakar di wajah dan rambut mereka semua memutih.
Tapi menghadapi yang satu terakhir, Petori sempat kewalahan, saat itulah Langkuse keluar dari persembunyiannya menghadapi si tokoh Banten itu. pertempuran antara Langkuse dengan musuhnya itu berjalan memakan waktu berjam jam lamanya. Akan tetapi, keberuntungan ada ditangan Langkuse.
Pada saat itulah Langkuse sesumbar, ” hai orang dari tanah Banten, percuma kamu akan menguji kekuatanmu di tanah Kayuagung. Aku bersumpah…..ilmu kamu akan hambar masuk ketanah kami, sekarang kamu saya beri kesempatan untuk pulang ke negerimu. Apapun bentuk kekuatan ilmu kamu tak akan mampu menandingi putra Perigi berdarah Kayuagung yang bercampur tanah batak Sekala borak.”.
Orang Banten tersebut tunggang langgang meninggalkan Langkuse yang terkesan sederhana tapi bijaksana.
Ujian demi ujian demi ujian selalu saja bertubi tubi menerpa Langkuse. Suhunan Palembang mengutus anak buahnya ke dusun Perigi guna menguji kekuatan ilmu sakti yang dimiliki Langkuse. Sang suhunan lebih awal memasang ranjau dalam sebuah sumur di Sengabut, ranjau itu berupa sayatan batang bambu yang di pasang dengan jarak cuma sekila (Sejengkal) masing2 antaranya.
Setelah bambu dipasang, utusan suhunan membuangkan sebentuk cincin mermotifkan lingkaran ular naga yang konon cincin tersebut adalah hadiah dari Chin mokcu berkebangsaan cina saat melakukan hubungan dagang di palembang. Salah seorang utusan suhunan dengan sombong berkoar di depan Langkuse.