Krsumsel.com – Ketika Manchester City dan Manchester United bertemu di Stadion Wembley di London dalam final Piala FA pada Sabtu (3/6) malam ini, ada misi berbeda yang dipanggul kedua tim. City ingin menciptakan sejarah, sebaliknya United tak ingin sejarah itu tercipta.
City ingin menyamai United dengan meraih treble pada era Liga Premier, kendati City baru separuh jalan untuk merengkuh pencapaian itu. United menjadi satu-satunya klub Inggris yang meraih treble pada era Liga Premier ketika pada 1999 di bawah asuhan Alex Ferguson sukses menjuarai Liga Premier, Liga Champions, dan Piala FA.
Liverpool dua kali mencetak treble. Pada treble kedua mereka melakukannya dalam era Liga Premier, tapi tak dibarengi dengan gelar juara liga. Satunya lagi dibarengi dengan juara liga, tetapi terjadi pada masa ketika liga masih bernama Divisi Pertama.
Bagi City, menjuarai Piala FA akan menaikkan semangatnya dalam menjuarai Liga Champions melawan Internazionale Milan dalam final di Istanbul Turki, pada 11 Juni.
Untuk itu, mengalahkan United adalah tugas suci sampai-sampai Manajer Manchester City Pep Guardiola mengistirahatkan sejumlah pemain kuncinya dalam laga terakhir Liga Premier musim ini melawan Bentford. Akibatnya, Bentford menumbangkan City untuk kedua kali dalam satu musim.
Andaikan tersandung dalam Piala FA, City tetap berkesempatan mencetak sejarah jika mengalahkan Inter Milan pekan depan karena City bisa menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Fokus saat ini tentunya tertuju kepada Piala FA.
Jika berhasil, maka inilah Piala FA ketujuh City setelah sukses 1904, 1934, 1956, 1969, 2011 dan 2019. Jumlah trofi Piala FA ini sama dengan yang diraih Aston Villa.
Arsenal dan Manchester United masih menjadi dua tim tersering menjuarai Piala FA, masing-masing 14 dan 12 kali. Disusul Chelsea, Liverpool dan Tottenham Hotspur yang masing-masing sudah delapan kali merengkuh trofi ini..
Pertarungan reputasi
Pertemuan pertama The Citizens dengan Red Devils dalam final turnamen sepak bola ini adalah bukan sekadar pertarungan di lapangan hijau, karena ini juga menyangkut reputasi, gengsi, dan siapa yang lebih besar di antara kedua tim satu kota ini.
Setelah era Ferguson berakhir, United tak pernah lagi menjadi nomor satu di Liga Inggris. Lebih buruk lagi, reputasi luar lapangan mereka kini sudah disalip oleh Manchester Biru.
Tahun lalu the Citizen dinobatkan sebagai klub paling kaya di dunia setelah membukukan pendapatan 613 juta pound (Rp11,3 triliun). United sendiri melorot ke urutan empat dengan pendapatan 583 juta pound (Rp10,8 triliun).
Sebelumnya, United terbiasa memuncaki daftar klub terkaya di dunia. Hanya Barcelona dan Real Madrid yang bisa menyaingi mereka..Sukses Piala FA akan kian menyempurnakan status City sebagai klub yang semakin jauh dari bayang-bayang Manchester United.
Keberhasilan dalam Piala FA, dan apalagi ditambah sukses Liga Champions pekan depan, bisa membuat basis penggemar City semakin banyak. Di area jumlah penggemar inilah United masih di atas City.
Setan Merah sudah pasti tak ingin reputasinya semakin dikoyak City. Ketika City lolos ke final Piala FA, Manajer Manchester United Erik ten Hag bahkan sudah berikrar untuk mencegah City menyamai pencapaian United dalam mencetak treble dalam era Liga Premier.
Ten Hag sendiri terbilang sukses menangani klub yang sempat terseok-seok itu. Dalam musim pertamanya saja dia berhasil mempersembahkan Piala Liga pada 26 Februari lalu.
Tak hanya itu, dia juga berhasil memasukkan kembali Manchester United ke Liga Champions setelah semusim lalu absen akibat buruknya performa selama kompetisi liga
Kini, United finis urutan ketiga dalam klasemen liga atau tiga peringkat lebih baik dibandingkan musim lalu ketika Ten Hag belum menjadi pelatih klub ini.(net)