Inflasi di Kalimantan Utara Dipengaruhi Kenaikan Transportasi

oleh
oleh
Kalimantan Timur
banner DPRD OKI

Krsumsel.comGubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang mengatakan, inflasi di Kaltara dipengaruhi kenaikan transportasi akibat penyesuaian harga BBM bersubsidi pada awal September.

“Peningkatan inflasi ini dapat ditahan lebih tinggi berkat suplai yang meningkat dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, seiring dimulainya masa panen raya di beberapa daerah penghasil komoditas hortikultura baik secara lokal maupun di luar wilayah Kaltara,”kata Zainal di Tanjung Selor Bulungan, Kamis (13/10).

Pada September 2022 Kaltara mengalami inflasi 1,04 persen (mtm), setelah pada bulan sebelumnya deflasi 0,58 persen (mtm), dengan dua kota IHK yaitu Tarakan dan Tanjung Selor mengalami Inflasi masing-masing sebesar 0,97 persen (mtm) dan 1,32 persen (mtm).

Meningkatnya tekanan inflasi itu diperkirakan bersumber dari peningkatan tekanan pada kelompok transportasi, makanan, minuman dan tembakau, serta perumahan listrik, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya. Dari total 90 Kota IHK Nasional, Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing menduduki peringkat 58 dan 22 inflasi tertinggi.

Berdasarkan dari data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara, kelompok transportasi memberi andil 1,04 persen terhadap inflasi, terutama pada komoditas bensin (0,94 persen) serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan (0,04 persen).

“Peningkatan inflasi pada Kelompok transportasi yang merupakan bagian dari administered priceatau harga yang diatur oleh pemerintah terutama dipengaruhi oleh penyesuaian BBM bersubsidi pada awal September,”kata Zainal.

Penyesuaian tersebut mempengaruhi tidak hanya biaya transportasi angkutan sungai, danau, dan penyeberangan saja, tetapi juga mempengaruhi harga angkutan udara dan angkutan darat. Sementara pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya memberi andil 0,01 persen. 

Di sisi lain, deflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 0,06 persen. Deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau disebabkan oleh deflasi pada beberapa komoditas, terutama pada cabai rawit (-0,16 persen), bawang merah (-0,08 persen), daging ayam ras (-0,05 persen), dan ikan bandeng/bolu (-0,02 persen).

Gubernur mengungkapkan, program pengendalian inflasi harus terus dilakukan oleh pemerintah daerah melalui TPID guna menjaga tingkat inflasi Kaltara. Dia meminta koordinasi antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan lembaga terkait yang tergabung dalam TPID di wilayah Provinsi Kaltara terus diperkuat.(net)