Derita Tentara Wanita Korut Saat Menstruasi Sampai Digilir di Ranjang

tentara-wanita-korea-utara_20180721_195243
KRSUMSEL.com - Dunia tahu pasti bahwa Korea Utara (Korut) adalah salah negara yang kerap menunjukkan superior kekuatan militernya. Bukan cuma punya artilieri mengerikan, negara komunis ini juga punya Tentara Rakyat Korea yang terkenal setia kepada setiap pemimpin tertinggi (supreme leader).
Korut adalah salah satu negara yang menjalankan wajib militer di dunia. Sebuah fakta terungkap, pemerintah Korut ternyata tak cuma mewajibkan setiap laki-laki, tetapi juga perempuan.
Seorang wanita mantan anggota Tentara Pembebasan Rakyat Korea Utara, Lee So-yeon, menceritakan kisah hidupnya selama hampir 10 tahun mengabdi sebagai personel militer Korut. Hampir satu dekade, So-yeon tidur di ranjang susun dalam barak tentara.Selama itu, So-Yeon harus tidur beralaskan sekam padi dengan bau yang sangat tidak sedap.
"Kasur tempat kami tidur terbuat dari sekam padi. Jadi, semua bau badan merembes ke kasur. (Kasur) itu tidak terbuat dari kapas. Karena itu terbuat dari sekam padi, semua bau dari keringat dan bau lainnya ada di sana. Itu sangat tidak menyenangkan," ucap So-yeon.
Tak nyaman sudah pasti. Akan tetapi, derita So-Yeon semakin lengkap lantaran wanita yang saat ini berusia 41 tahun ini menyaksikan langsung bagaimana perliaku para personel militer pria mengintimidasi prajurit perempuan.
Setiap tentara wanita hanya boleh memiliki dan menggunakan satu pembalut saat masuk masa menstruasi. Jadi, setiap datang bulan para tentara wanita Korea Utara harus bangun malam hari untuk mencuci pembalut yang terbuat dari kapas secara sembunyi-sembunyi. Fakta ini diungkap juga oleh jurnalis wanita asal Prancis, Juliette Morillot.
"Sampai hari ini (tentara wanita Korut) menggunakan pembalut kapas putih tradisional. Mereka harus mencucinya setiap malam karena tidak terlihat oleh pria. Jadi, (para tentara) wanita bangun pagi (dini hari) dan mencucinya," kata Morillot.
"Komandan kompi akan tinggal di kamar unit (barak tentara wanita) selama berjam-jam dan memperkosa tentara wanita di bawah komandonya. Ini akan terjadi berulang kali tanpa ada akhirnya," ucap Yo-seon melanjutkan.
Sayangnya, So-yeon menyangkal bahwa ia pernah jadi korban kekerasan seksual. Akan tetapi di sisi lain, Morillot menjelaskan biasanya para mantan tentara ini menyebut bahwa tak pernah menjadi korban, melainkan menyaksikan perilaku itu kepada orang lain.
"Sebagian besar tidak ada yang mau bersaksi. Jadi, para (tentara) pria seringkali tak mendapatkan hukuman," ucap Morillot.
Saat ini, So-yeon tinggal di Korea Selatan bersama keluarganya setelah melarikan diri dari Korut pada 2008 silam. Yo-seon sempat berenang menyebrangi sungai Tumen menuju China, sebelum akhirnya ia masuk ke Korsel.
BERITA TERKAIT
Titis Rahmawati : Keluarga Korban Fokus Penyembuhan Dulu
IOH Dukung Muba Smart Regency, Bangun 22 Sites di Musi Banyuasin
Mudahkan Akses Konten Hiburan, Telkomsel Orbit Luncurkan Paket Khusus Entertainment
Di Januari Inflasi Provinsi Sumatera Selatan Masih Terkendali
Gempa Magnitudo 5,2 di Banten Dirasakan Hingga Kota Sukabumi
Perawat D Berharap Keluarga Korban Mau Berdamai
TNI & Tentara Malaysia Berolahraga Bersama di Perbatasan Wilayah
Hari Pertama, AKP Ricky: Tidak Memakai Helm Mendominasi Pelanggaran
Gisella Anastasia Asyik Lari Pagi Tanpa Ditemani Rino Soedarjo, Sudah Putus?
Aurel Hermansyah Izinkan Ameena Jalani Tradisi Pukul Lele Bersama Krisdayanti & Raul
Liga Inggris: Mau Beli MU, Sir Jim Ratcliffe Minta Diskon
Mantap! Brasil dan Uruguay Bakal Meriahkan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia
Operasi Keselamatan Musi di Muba Dimulai
Perumda BS dan PT PAL Teken MOU, Mudahkan Petani Akses Pupuk dan Produk Pertanian
2 Anggota Polri di Gorontalo Dipecat
Keluarga Korban Penembakan Serahkan BB ke Polres Malinau
Ibu Negara Ajak Pengawal Santap Bersama Usai Diguyur Hujan
Homestay Desa Wisata Aceh Raih Penghargaan ASEAN Tourism 2023
Inggris Rencanakan Perluas Kerjasama Pelatihan Bahasa di Bali
Jaguar Land Rover Tarik Kendaraan karena Masalah Oli Mesin
Walikota Perintahkan SD-SMP di Surabaya Terima 5 Persen Siswa Miskin