BPK Wilayah IV Kepri Identifikasi 481 Keramik BMKT di Museum SSBA

oleh

Tanjungpinang, KRsumsel.com – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV Kepulauan Riau mengkaji 481 keramik hasil benda muatan kapal tenggelam (BMKT) melalui studi identifikasi di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah (SSBA) Kota Tanjungpinang.

Pamong Budaya Ahli Muda BPK Wilayah IV Azwar Sutihat menjelaskan, kajian ini penting dilakukan karena selama bertahun-tahun belum pernah dilakukan studi mendalam terhadap koleksi keramik tersebut.

“Kami melakukan identifikasi untuk mengetahui asal usul keramik. Dari hasil awal, sebagian besar berasal dari Tiongkok pada masa Dinasti Qing abad ke-17,”kata Azwar di Tanjungpinang, Jumat (11/7).

Menurut Azwar, proses identifikasi dilakukan oleh enam orang pegawai BPK Wilayah IV, dibantu tim dari Museum SSBA. Koleksi keramik berasal dari dua kelompok penyerahan tahun 2014, yakni 79 buah dari TNI AU Tanjungpinang dan 402 buah titipan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepri.

Baca juga: Ribuan Batang Rokok Tanpa Cukai di Bantul Disita Sat Pol PP 

Tim juga memetakan jenis, bentuk, dan motif keramik, seperti piring, mangkuk, dan teko, yang didokumentasikan secara sistematis untuk menjadi basis data BPK Wilayah IV.

Selanjutnya, BPK Wilayah IV berencana menggelar forum diskusi grup guna membahas tindak lanjut pengelolaan koleksi yang sebagian besar masih berstatus titipan.

“Kalau statusnya sudah jelas, tentu pemanfaatannya juga akan lebih mudah. Kami ingin ada justifikasi dari para stakeholder agar koleksi ini bisa dimanfaatkan secara optimal oleh museum,”ujarnya.

Azwar menambahkan,.metode identifikasi didasarkan pada ciri khas keramik Tiongkok masa lalu yang biasa dibawa kapal dagang dan kemudian tenggelam di perairan Nusantara, termasuk Kepri.

Menurutnya, setiap dinasti di Tiongkok memiliki gaya dan karakteristik produksi keramik yang khas, sehingga keramik dapat diidentifikasi berdasarkan dinasti dan periode pembuatannya.

Salah satu contoh yang ditemukan adalah jenis Batavia ware, yang diproduksi sekitar tahun 1672–1677 pada masa Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing.

Jenis ini merupakan produk pesanan khusus dari VOC, dimana Tiongkok mengirimkan keramik ke Batavia (kini Jakarta), kemudian didistribusikan oleh VOC atau pemerintah kolonial Hindia Belanda ke Eropa.

“Ciri khas Batavia ware adalah bagian luar yang berwarna cokelat dan bagian dalam berwarna biru-putih. Dari identifikasi jenis, bentuk, dan motif seperti inilah kita dapat menentukan periode produksi keramik,”ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPTD Museum SSBA, Siti Umi Muslimah mengapresiasi Tim BPK Wilayah IV yang telah menindaklanjuti surat permohonan untuk melakukan identifikasi.

Ia menyebut sejak dititipkan pada tahun 2014 atau sekitar 11 tahun, koleksi keramik tersebut belum pernah dikaji secara mendalam.

“Harapan kami setelah seluruh tahapan dan perizinan selesai, koleksi keramik ini bisa dimanfaatkan dan diinformasikan kepada masyarakat,”ucapnya.

Sebagai bagian dari upaya pemanfaatan koleksi, museum berencana menggelar pameran temporer yang menampilkan keramik-keramik itu pada Oktober 2025.(net)