Batam, KRsumsel.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam Kepulauan Riau (Kepri) mencatat mayoritas dari kematian ibu hamil hingga pertengahan 2025 disebabkan oleh perdarahan dan preeklampsia.
Kepala Dinkes Batam Didi Kusmarjadi menyebutkan, hingga Juni 2025, tercatat sembilan ibu hamil meninggal dunia, dengan angka kematian ibu (AKI) mencapai 90 per 100.000 kelahiran hidup (KH).
“Mayoritas dari laporan karena perdarahan dan juga preeklampsia. Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan karena tekanan darah tinggi atau hipertensi,”kata Didi saat dihubungi di Batam, Rabu (9/7).
Pada 2022, AKI tercatat 66 per 100.000 KH, naik menjadi 84 pada 2023, lalu menurun kembali menjadi 72 di 2024. Dengan jumlah kematian ibu pada 2022 mencapai 22 orang, meningkat menjadi 30 pada 2023, lalu turun menjadi 17 di 2024.
Sementara itu, angka kematian bayi (AKB) juga mengalami kenaikan. Tahun 2022 tercatat 3 per 1.000 KH, naik menjadi 4 per 1.000 KH pada 2023, dan meningkat lagi menjadi 5,5 per 1.000 KH pada 2024.
Hingga Juni 2025, sudah tercatat 95 bayi meninggal dengan AKB sebesar 9,47 per 1.000 KH. Ia juga mengungkapkan bahwa untuk penyebab utama kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR) dan asfiksia.
“Secara angka AKI dan AKB memang tampak tinggi karena belum seluruh data terinput ke aplikasi, sehingga pembaginya masih kecil, namun untuk pencatatan kami terus dorong agar data akurat,”kata dia.
Baca juga: Kejari Aceh Tamiang Tetapkan Dua Tersangka Korupsi Sawit Rakyat
Menurut Didi, sistem pencatatan dan pelaporan kematian ibu dan bayi saat ini sudah baik, dengan laporan dari rumah sakit yang masuk secara lengkap ‘by name by address’ ke Aplikasi Maternal Perinatal Death Notification (MPDN).
“Kami juga mengeluarkan surat edaran (SE) kepada rumah sakit dan fasilitas kesehatan untuk mewajibkan pelaporan semua kasus kematian ke aplikasi MPDN,”katanya.
Bila kematian terjadi di luar rumah sakit, laporan disampaikan oleh puskesmas kepada Dinkes Batam. Menurut dia, koordinasi dengan rumah sakit dan organisasi profesi seperti Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) juga sudah berjalan cukup baik.
“Kami masih memiliki tantangan. Misal penapisan ibu hamil berisiko tinggi dan deteksi kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang belum optimal. Ini kami terus tingkatkan dari kapasitas tenaga kesehatan dan juga kesadaran masyarakat,”kata dia.
Dinkes Batam telah melakukan sejumlah langkah untuk menekan angka kematian ibu dan bayi dengan memastikan pelayanan kesehatan ibu dan anak sesuai standar, antara lain memastikan ketersediaan alat USG di puskesmas, memperbanyak kelas ibu hamil dan Balita secara daring, serta menginisiasi gerakan edukasi untuk ibu hamil.
“Kami memiliki Gerakan Bersama Cegah Kematian Ibu dan Anak (GEMACEKIDA) dan Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Literasi Kesehatan Gizi Anak dan Ibu (UP’S Like Dazi Abu) bersama tenaga kesehatan dan masyarakat Batam sebagai bentuk edukasi masyarakat,”kata dia.(net)