Virus Ngorok Melanda, Peternak di OKI Jual Daging Kerbau Rp 50 Ribu Per Kilogram

KRSUMSELCOM, OKI – Akibat serangan virus Septicaemia Epizootika (SE) atau virus ngorok yang menyebabkan ratusan kerbau di sejumlah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mati mendadak, peternak kerbau harus rela menjual daging kerbau ke agen dengan harga di bawah 50 ribu rupiah.

Salah satu peternak kerbau di Desa Kuro Kecamatan Pampangan, M Ali Hanafiah mengatakan, dirinya memotong kerbau yang terserang virus ngorok sebelum mati. Hal itu dilakukannya agar tidak mengalami kerugian yang semakin besar.

Ali menceritakan, daging kerbau yang ia potong dijual kepada agen dengan harga yang sangat murah. Biasanya, ia menjual dengan harga 80 hingga 90 ribu, namun saat virus ngorok melanda, agen pun hanya membandrol daging dengan harga maksimal 50ribu per Kg.

“Alasan agen konsumen takut mengkonsumsi daging kerbau untuk saat ini,” kata Ali saat diwawancarai kantor berita KR Sumsel, Kamis (18/4).

Lanjut Ali, rendahnya harga jual daging kerbau saat ini juga dikarenakan agen harus menjual kembali ke luar wilayah OKI.

“Katanya mereka menjualnya ke Pasar 16 Ilir dan Prabumulih. Untuk pasar OKI sendiri, alasan mereka takut tidak ada yang beli,” ujarnya.

Dari segi kualitas, Ali menjelaskan daging kerbau yang terinfeksi penyakit ngorok dagingnya masih terlihat fresh meski jeroannya terlihat pucat. Ia juga menambahkan, jika dikonsumsi daging kerbau pun masih sangat layak asalkan pengolahannya dimasak benar-benar matang.

“Dagingnya kalau dilihat masih merah segar, masih enak kalau dimakan. Kalau menurut dokter hewan, penyakit ngorok tidak menular kepada manusia,” imbuhnya.

Dari besarnya kerugian yang dialami, Ali dan peternak berharap Pemkab OKI mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi wabah virus ngorok tersebut.

“Semoga apa yang dilakukan pemerintah sekarang mampu mengatasi virus ngorok ini, kami jadi tidak merugi terus-terusan,” kata Ali.

Senada warga OKI lainnya, Nina yang bekerja sebagai juru masak di pesta hajatan mengatakan, semenjak adanya virus ngorok, ia jarang menerima orderan memasak makanan dari daging kerbau.

“Biasanya daging kerbau itu ada di hidangan hajatan-hajatan saja di sini. Tapi semenjak ada virus ngorok, jarang ada hidangan daging kerbau di hajatan lagi. Orang-orang jadi takut,” ucapnya.

Sementara itu, Husein salah satu pedagang daging di Pasar Kayuagung mengaku, pasokan daging kerbau memang sudah sangat jarang, bahkan sebelum adanya virus ngorok di beberapa wilayah OKI.

Menurut Husein, harga daging kerbau biasanya ia beli dari agen pemasok dengan harga 95 ribu per Kg.

“Biasanya saya jual dengan harga 125 per Kg. Tapi memang kurang peminat daging kerbau di sini,” ucap Husein.

Melihat kerugian yang dialami peternak di beberapa wilayah OKI, Pj Bupati Asmar Wijaya mengatakan, Pemkab OKI melalui Disbunnak OKI terus melakukan disinfeksi massal kandang kerbau, pengobatan serentak dan vaksinasi.

Asmar juga memastikan, Pemkab OKI terus memantau perkembangan antisipasi virus ngorok tersebut dengan membentuk tim khusus.

“Terkait wabah ini, pemerintah akan selalu hadir untuk memberikan bantuan kepada masyarakat sampai tuntas,” ungkap Asmar di hadapan para peternak kerbau di Kecamatan Pampangan.

Asmar mengimbau agar masyarakat bersabar dalam menghadapi wabah ini, serta mengikuti arahan-arahan dari tim penanggulangan wabah yang telah dibentuk Pemkab OKI.

“Saya imbau agar masyarakat mematuhi arahan dari para petugas, kami mohon kerjasamanya dalam menanggulangi wabah ini, mudah-mudahan wabah ini segera usai,” tegas Asmar.

Asmar juga berkomitmen pasca wabah usai, Pemkab OKI akan menganggarkan pemberian bantuan bibit kerbau bagi para peternak, sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada para pelaku usaha ternak, khususnya di Kecamatan Pampangan yang terimbas wabah.

“Kita akan usahakan, dianggarkan bantuan bibit kerbau baru. Kita harapkan kedepannya wabah seperti ini tidak akan terjadi lagi,” pungkas Asmar.