Sektor Perbankan Indonesia yang Tidak Kompetitif

oleh
oleh
banner DPRD OKI

Oleh: Yendra Emirsyah Kivatra
Strategic Analyst, LM FEB Universitas Indonesia
yendra@lmfebui.com

Mayoritas rakyat Indonesia sangat bergantung pada layanan perbankan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Untuk menyimpan uang yang dimiliki, rakyat akan membuka rekening tabungan di bank. Sementara untuk
memenuhi berbagai kebutuhan, rakyat juga akan pergi ke bank untuk mendapatkan dana pinjaman dalam
bentuk kredit. Kredit yang diajukan bisa berupa kredit tanpa agunan, kredit kendaraan bermotor, maupun
kredit pemilikan rumah.

Berdasarkan data The World Bank per Agustus 2023, bunga pinjaman bank di Indonesia merupakan yang
tertinggi dibandingkan dengan 3 negara ASEAN lainnya, yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sejak
2012 sampai saat ini, sektor perbankan Indonesia selalu menjadi yang paling 'mahal' dalam mematok tingkat bunga pinjaman kepada rakyat.

Fenomena ini memuncak pada 2015 ketika bunga pinjaman di Indonesia mencapai nilai 12,7%. Angka
tersebut merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Walaupun semenjak 2015 trennya terus
menurun, sampai sekarang Indonesia tetap menjadi negara dengan nilai terburuk bila dibandingkan dengan
negara tetangganya. Pada 2022 saja bunga pinjaman di Indonesia masih bertengger di 8,5%, ini terbilang
jauh selisihnya dengan Singapura yang mematok di 5,3%, Malaysia 4,1%, dan Thailand 3,1%.

Di negara tetangga, hal menarik yang muncul adalah bahwa Singapura dapat menjaga bunga pinjaman yang
stagnan. Sejak 2014 sampai 2021, angkanya tidak pernah berubah dan stabil di 5,3%. Sementara bunga
pinjaman di Malaysia cenderung fluktuatif, seperti pada 2018 terjadi kenaikan sampai 4,9% dari yang
asalnya 4,5% di 2016, lalu kembali turun ke 3,4% di 2021. Berbeda pula dengan Thailand yang selalu
berhasil menurunkan tingkat bunga pinjaman dari yang asalnya 5,2% di 2012 hingga ke titik terendah 3,1%
di 2022.

Walaupun perbankan Indonesia mematok bunga pinjaman yang tinggi, di sisi lain bunga simpanan di
Indonesia juga adalah yang tertinggi dibandingkan dengan negara tetangganya. Pada 2022, bank di
Indonesia memberikan bunga simpanan sebesar 3,2%, sementara Malaysia, Thailand, dan Singapura
berturut-turut hanya memberikan bunga yang rendah di 1,9%, 0,5%, dan 0,1%. Bunga yang rendah tersebut
diasumsikan karena regulator negara tetangga lebih mendorong rakyatnya untuk menyimpan uang dalam
bentuk investasi di instrumen pasar modal, seperti saham, reksa dana, obligasi, dan derivatif.

Jika bunga simpanan dan bunga pinjaman diteliti lebih lanjut, dapat ditarik nilai spread, yaitu selisih antara
bunga simpanan dan bunga pinjaman. Nilai ini mencerminkan efisiensi sektor perbankan dalam mengelola
dana yang dihimpun dari masyarakat dan dana yang disalurkan kepada masyarakat. Pada 2022, Indonesia,
Singapura, Thailand, dan Malaysia berurutan memiliki nilai spread sebesar 5,3%, 5,1%, 2,6%, dan 2,1%.