Melipat Sarung

oleh
oleh
IMG-20220516-WA0004
banner DPRD OKIRaja Liwet Kayuagung

Jakarta, KRsumsel.com –  Subuh ini, seperti juga subuh-subuh tahun sebelumnya, aku bersiap sholat subuh di rumah, bersama isteri. Seperti biasanya pula, sebelum sholat subuh, aku siap-siap memakai sarung. Setelah sarung terpakai, aku lihat masih banyak sudut sarung yang tidak rapi. Aku bongkar kembali, dan mulai memakai sarung dari awal. Kali ini, setelah sarung terpakai, sudut sarung sudah rapi, namun terlihat motif garis sarung belum lurus dan belum selaras.

Aku lepas lagi, dan berhati-hati sarung aku pakai dengan memperhatikan sudut-sudutnya agar tertata rapi. Motif garis telah tampil sesuai disain sarung. Merek sarung aku buat tepat terletak di bagian tengah bawah depan. Banyak orang yang meletakan merek sarung di bagian bawah belakang, sehingga terlihat jelas dari jemaah di belakangnya. Sedang aku menukar letak merek menjadi di depan.

Setelah dipasang ulang, kini motif garis – garis di kain sarung sudah lurus, tidak bengkok, selaras dan tidak terlipat-lipat. Letak bagian bawah sarung tepat sedikit di atas mata kaki. Ujung-ujung bagian bawah sarung pun telah sama rata. Rapi sudah. Barulah aku siap sholat subuh.

Kendati aku sholat subuh di rumah hanya berdua isteri, bahkan terkadang sholat subuh sendiri, karena mungkin isteri sedang sakit perut, atau ada di kamar lain, aku selalu tetap memperhatikan kerapian memakai sarung.

Begitulah, busana sholat subuh yang aku pakai setiap hari aku upayakan serapi mungkin.

Lho kok begitu? Bukankah tak ada orang lain yang melihat? Lalu buat apa berapi-rapi kalau tidak ada orang yang melihat, tidak ada interaksi sosial dengan masyarakat?

Bagiku, ini bukan persoalan ada orang lihat atau tidak lihat. Ini persoalan pengagungan simbolik kepada Allah. Rasa hormat kepada Tuhan. Ini salah satu wujud ketaatan dan kepatuhan simbolik aku kepada Alah. Kepada Tuhan.

Berbeda dengan waktu sholat lainnya, saat sholat subuh kita belum disibukan dengan pelbagai kegiatan lain. Jadi, kita dapat mempersiapkan diri sholat subuh sejak awal dengan bebas, tanpa ada

, atau belum ada , gangguan kegiatan lain. Manakala kita melakukan sholat subuh, maka itulah kegiatan awal kita. Disinilah sebagai wujud pengagungan , penghormatan dan pengakuan kita kepada Tuhan, aku memberikan kepada Allah sesuatu yang terbaik. Sesuatu yang optimal dari diri hamba ini.