New York, KRsumsel.com – Minyak menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) dan mendekati level tertinggi multi-tahun karena krisis pasokan energi berlanjut di seluruh dunia, sementara penurunan suhu di China menghidupkan kembali kekhawatiran tentang apakah konsumen energi terbesar dunia itu dapat memenuhi kebutuhan pemanas domestiknya.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 75 sen menjadi menetap di 85,08 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November bertambah 52 sen menjadi ditutup di 82,96 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga telah naik dalam dua bulan terakhir. Sejak awal September, Brent telah melonjak sekitar 19 persen, sementara WTI telah melonjak sekitar 21 persen.
Kedua patokan minyak mentah itu mendekati level tertinggi multi-tahun mereka karena pasar minyak diperkirakan akan tetap ketat untuk saat ini.
OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan bulanan masing-masing pekan lalu melihat pasar minyak secara nyata kekurangan pasokan dalam jangka pendek.
“Kebijakan produksi terbatas yang dilakukan oleh OPEC+ sebagian bertanggung jawab. Peningkatan produksi yang disepakati sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan tidak akan cukup karena segala sesuatunya saat ini berdiri untuk menutup kesenjangan antara permintaan dan pasokan,” Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research mengatakan pada Selasa (19/10/2021) dalam sebuah catatan.
“Neraca permintaan-penawaran menunjukkan bahwa pasar mengalami defisit pasokan, yang mendorong penarikan persediaan yang dalam dan mendorong harga-harga bergerak naik,” kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.