PHRI DIY Dukung Percepatan Vaksinasi 80 Persen Untuk Buka Pariwisata

oleh
Screenshot_2021-08-31-11-35-26-81_40deb401b9ffe8e1df2f1cc5ba480b12

Yogyakarta, KRsumsel.com – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DIY mendukung upaya percepatan vaksinasi di daerah tersebut hingga mencapai minimal 80 persen sebagai syarat untuk membuka kembali pariwisata seperti yang disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Dukungan percepatan vaksinasi bagi warga di DIY pun dilakukan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY di dua kabupaten yaitu Sleman dan Gunung Kidul yang sudah dilakukan pekan waktu lalu.

“Kami bekerja sama dengan TNI menggelar vaksinasi COVID-19 di Sleman dan Gunungkidul. Masing-masing tempat menargetkan 3.000 orang untuk percepatan vaksinasi,” kata Sekretaris PHRI DIY Herman Tony di Yogyakarta, Selasa.

Ia berharap, masyarakat tidak menunda-nunda vaksinasi apabila ada kesempatan karena vaksinasi menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan lagi geliat roda perekonomian di DIY yang salah satunya ditopang industri pariwisata.

“Bagi kami yang bergerak di sektor jasa pariwisata, vaksinasi ini diibaratkan sebagai peluru. Makanya, kami mengajak semua masyarakat untuk segera vaksinasi,” katanya.

PHRI DIY juga terus memantau perkembangan capaian vaksinasi di wilayah tersebut yang sampai saat ini mencapai sekitar 50 persen warga sudah divaksinasi.

“Harapannya, target 80 persen warga DIY sudah divaksin bisa segera direalisasikan. Di internal PHRI pun, hampir semua karyawan hotel dan restoran sudah divaksin,” katanya.

Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama lebih dari 1,5 tahun, lanjut Herman, memberikan tekanan cukup besar bagi industri jasa pariwisata termasuk hotel dan restoran yang menjadi anggota PHRI.

“Terlebih saat kasus naik dan kemudian diikuti kebijakan PPKM dan penutupan tempat wisata. Saat ini, rata-rata okupansi hotel hanya satu digit atau di bawah 10 persen. Berat sekali kondisinya,” katanya.

Dari sekitar 400 hotel dan restoran di DIY yang menjadi anggota PHRI, sekitar 70 tempat usaha memilih menutup usahanya secara permanen dan beberapa melakukan penutupan sementara menunggu kondisi membaik.

“Saat memaksa beroperasi, terkadang tidak ada tamu yang menginap di hotel. Padahal, beban operasional tetap ada sehingga lebih baik menutup sementara,” katanya.(Anjas)