Apriyanti Jalani Operasi Bermodalkan Senter HP Sampai Gemeteran

oleh
IMG-20210318-WA0023

MUARA ENIM, KRSumsel.com – Ditengah kepanikan akibat salah satu panel listrik terbakar di RSUD HM Rabain Muara Enim pada Rabu (17/3/2021). Ada cerita yang cukup mengharukan. Ia yakni seorang ibu bernama Apriyanti (34) yang berjuang melahirkan anaknya melalui operasi caesar.

Apriyanti tercatat, sebagai Warga RT 03, Desa Tegal Rejo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, terpaksa menjalani operasi caesarnha di saat RSUD HM Rabain nyaris terbakar.

Didalam kondisi hiruk pikuk suara diluar ruang operasi dan suasana gelap gulita di dalan ruangan operasi. Akhirnya tim medis pun tetap melanjutkan operasi tersebut dengan bermodalkan cahaya senter dari Handphone.

Apriyanti yang didampingi suaminya Sutrisno (36) akhirnya selesai dioperasi dengan selamat. Ibu dan anak pun dalam keadaan sehat yang saat ini di rawat di Ruang Anggur.

Dikatakan Apriyanti, hingga saat ini ia masih syok setelah melewati proses operasi caesar yang bertepatan terjadinya kebakaran di RS HM Rabain Muara Enim.

“Sejujurnya sampai saat ini rasanya masih gemetar dan gugup. Bagaimana tidak, saat kebakaran terjadi, perut saya sedang dibedah oleh dokter untuk mengeluarkan anak pertama kami,” katanya.

Ia bercerita, saat itu dirinya mendengar suara gaduh dari ruang operasi dan orang berteriak kebakaran. Saat itulah, dirinya dalam menjalani operasi cesar perut masih dibedah tiba-tiba listrik padam.

“Yang ada dalam benak saya sudah bercampur aduk. Tetapi, saya lihat wajah dokter dan paramedis yang mengoprasi sangat tenang. Mereka mengatakan agar saya tidak panik. Disitu saya juga ikut tenang. Namun, tetap kekhawatiran itu tetap ada,” katanya.

Saat itu, ia mengaku sudah pasrah. Sampai dia bilang ke tim medis, apa pun yang terjadi tolong jangan tinggalkan dirinya sendiri di ruang operasi saat itu. Sebab, ia cemas dan khawatir, takut api membesar, karena ruangan operasi ini adalah ruangan paling dekat dengan ruangan yang terbakar.

Namun, karena suara ribut dari luar ruangan dan bau asap pun sudah mulai menyengat mulai masuk ruang operasi. Ditambah minimnya pencahayaan. Akhirnya, dirinya pun terpaksa di evakuasi oleh tim medis ke IGD di lantai dasar.

“Saat itu jahitan saya belum selesai seratus persen, tinggal menjahit kulit dibagian luar, karena kondisi sudah tidak lagi memungkinkan. Akhirnya, perut saya hanya ditutup pakai plester dulu, langsung di evakuasi kebawah. Bayi saya sudah lebih dulu dievakuasi,” terangnya.

Setelah dievakuasi di IGD dan situasi mulai aman akhirnya ia dibawa kembali keruang operasi untuk menyelesaikan jahitan yang sempat distop tersebut.

“Alhamdulilah semua bisa kami lewati dengan lancar, dan perut saya pun sudah dijahit sampai tuntas. Saya tidak bisa ngomong apa-apa lagi, ini anak pertama kami, yang sangat kami tunggu-tunggu kehadirannya selama 12 tahun ini, kami sudah lama belum memiliki keturunan,” ungkapnya.

Ia sangat tidak menyangka akan melahirkan dengan situasi dan keadaan seperti ini. Kalau boleh jujur rasa trauma itu pasti ada, tapi hilang seketika ketika saya melihat pertama kalinya wajah anak kami yang berjenis kelamin perempuan.

“Anak kami sudah kami berinama Shazia Hanindya Azzahra,” cetusnya.

Sementara itu, Suami Apriyanti, Sutrisno (36) mengaku sempat khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang berjuang melakukan operasi caesar untuk melahirkan anak pertamanya saat terjadi kebakaran.

“Kami sangat berterima kasih pada pihak tim medis yang telah sigap dan tetap mengurus istrinya dalam proses persalinan melalui operasi ceasar.(ndi)