Pengamat: Komunikasi Verbal Paslon Jadi Peluang Suara

oleh

Makassar, KRsumsel.com – Pengamat komunikasi verbal dan budaya Dr. Hadawiah Hatita Penguasaan mengatakan komunikasi verbal dari empat pasangan calon pada Debat Publik Pilwali Makassar 2020 akan menjadi peluang suara dari pemilih intelektual.

Pengamat komunikasi verbal dan budaya dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) itu di Makassar, Sabtu (7/11) malam, menyebutkan dari enam tema debat publik yang digelar KPU Kota Makassar yang diselenggarakan di salah satu TV swasta di Jakarta, yakni sosial budaya, keamanan, pendidikan, transportasi, lingkungan, dan toleransi, semua paslon mampu menjawab dengan gamblang sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman masing-masing.

Kemampuan komunikasi verbal itu, lanjut dia, akan menjadi referensi bagi pemilih intelektual yang mampu menganalisasi visi dan misi yang dipaparkan pasangan calon nomor urut 01 Ramdhan Pomanto-Fatma (Adama), paslon nomor urut 02 Arifuddin-Rahman Bando, paslon nomor 03 Syamsu Rizal-Fadly Ananda (Dilan), dan paslon nomor urut 04 Irman Yasin Limpo-Zunnun (Imun).

Hadawiah yang juga Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UMI mengatakan bahwa pemilih intelektual dan milenial yang memiliki kecenderung lebih kritis dan analisis. Hal ini tentu menjadi peluang tersendiri bagi paslon dalam merebut simpati dan suara kelak saat di TPS pada tanggal 9 Desember 2020.

Menurut dia, dari sisi visi dan misi di sektor pendidikan, keempat paslon bertekad akan mengalokasikan anggaran 20 persen dari APBD Makassar untuk program pendidikan.

Dana tersebut untuk mengentaskan guru yang belum tersertifikasi sekitar 50 persen, mengarahkan siswa pada pendidikan karakter, dan membebaskan siswa dari segala beban biaya.

Selain itu, yang menjadi PR bagi keempat paslon untuk menjawab kondisi pendidikan pada masa pandemi yang sudah membuat jenuh siswa dengan sistem belajar daring.

Mencermati jawaban dan tanggapan dari paslon tersebut, Hadawiah mengatakan bahwa paslon yang mampu menjawab dengan tenang dan tepat waktu akan memberikan poin tersendiri bagi masyarakat penontonnya di balik layar kaca.

Sebaliknya, yang terlihat sedikit gugup dan lewat dari waktu yang ditentukan oleh moderator, tentu akan memberikan dampak negatif bagi simpatisan untuk tidak memilihnya.

“Jadi, kemampuan komunikasi verbal dan mengedepankan pendekatan budaya atau kultural akan menjadi nilai plus tersediri bagi paslon,” katanya.(Anjas)